2025/10/30

Kelihatan Dewasa, Tapi Masih Bingung Arah Hidup? Kita Semua Pernah Ada di Fase Itu

 

Anak muda duduk merenung di kamar kos malam hari dengan cahaya temaram, memegang ponsel, mencerminkan rasa bingung dan pura-pura dewasa di usia 20-an.

Di usia ini, banyak dari kita yang kelihatan udah mengerti hidup di permukaan. Kita bisa ngomong soal rencana, ngasih pendapat tentang karier, bahkan bicara soal masa depan kayak kita udah hafal peta hidup dari A sampai Z. Tapi di balik semua itu, ada sisi diri yang masih ngeraba, masih bingung, masih mencoba ngerti bagian-bagian hidup yang belum sepenuhnya tersusun rapi.

Kadang kita duduk bareng teman, ngobrol soal tujuan hidup, investasi, pengembangan diri, dan segala hal yang kedengarannya sangat dewasa. Tapi dalam hati, ada bisikan kecil yang bilang, “Aku juga belum ngerti semuanya, kok.” Dan itu bukan kelemahan — itu fase yang wajar, tapi sering banget disembunyikan.

Ada satu kalimat yang suka muncul di kepala:
“Growing up means realizing most adults are just as lost as you are — they just hide it better.”
Dan jujur, semakin bertambah umur, kalimat itu semakin terasa benar.

Dulu kita pikir orang dewasa itu selalu tahu apa yang mereka lakukan. Tapi setelah kita tiba di titik ini, kita sadar yang bikin mereka terlihat tenang bukan karena mereka paham semuanya. Mereka hanya ahli dalam menyembunyikan keraguannya, sambil terus maju.


Belajar Tegar, Padahal Dalam Hati Masih Bingung

Hari-hari kita jalani dengan wajah yang yakin. Kita bilang, “Iya, ngerti kok,” meski kadang otak lagi loading kayak laptop murah dibuka sambil nge-render video. Kita ngerasa bersalah kalau keliatan nggak ngerti, seolah-olah jadi dewasa itu harus selalu sigap, harus selalu paham, harus selalu siap.

Di pekerjaan, kita ikut meeting sambil diam-diam nyari arti istilah yang baru kita dengar. Di kampus atau organisasi, kita angguk-angguk setuju sambil berharap nggak ada yang minta pendapat kita secara mendadak. Dan bahkan di rumah, kadang kita pasang wajah tenang saat orang tua bertanya soal masa depan — padahal hati lagi lari maraton sama rasa panik.

Ada ungkapan dari Najwa Shihab yang pernah bikin mikir lama,
“Dewasa itu bukan cuma soal kuat, tapi juga tentang berani ngaku kalau kita lagi gak baik-baik saja.”
Sayangnya, kita belum selalu punya ruang yang aman untuk ngaku belum kuat.

Kadang kita harus pura-pura dulu. Bukan untuk menipu orang lain, tapi untuk melindungi diri kita sendiri dari penilaian dunia yang terasa cepat sekali menghakimi. Kita belajar bertahan, sambil pelan-pelan mencari cara buat benar-benar paham.

Dan dari pura-pura itu, pelan pelan kita tumbuh.
Bukan karena kita nggak takut — tapi karena kita berani jalan meskipun takut.


Ketawa Kenceng di Luar, Banyak Tanya di Dalam

Di luar, kita bisa jadi yang paling rame, paling banyak cerita, paling bisa bikin orang lain merasa aman dan nyaman. Kita bisa jadi tempat orang lain curhat dan sandaran waktu mereka capek. Tapi begitu pulang, begitu pintu kamar tertutup, suara tawa berubah jadi suara tanya.

“Kenapa aku masih ngerasa bingung ya?”
“Orang lain kok kayaknya udah lebih jauh?”
“Aku udah bener belum sih milih jalan hidup ini?”

Dan kita nggak selalu punya jawabannya.
Kadang kita cuma bisa rebahan sambil lihat langit-langit kamar, berharap ada subtitle kehidupan yang muncul otomatis.

Ada satu kalimat dari Robin Williams yang sering muncul di momen-momen kayak gini:
“Everyone you meet is fighting a battle you know nothing about.”
Dan pertempuran paling sunyi seringnya terjadi di kepala sendiri.

Kita bisa kelihatan kuat, tapi hati bisa berkedip-kedip kayak lampu kamar kos yang hampir putus. Kita bisa terlihat siap, tapi bagian dalam diri kita lagi sibuk nambal bagian-bagian yang rapuh. Dan lagi-lagi, itu bukan tanda lemah — itu tanda kita manusia.


Pura-Pura Dewasa Itu Bukan Berbohong — Itu Bagian Dari Tumbuh

Ada yang bilang pura-pura dewasa itu toxic. Tapi kenyataannya, kadang pura-pura adalah tahap menuju jadi beneran. Kita berpura-pura percaya diri dulu, sampai suatu hari kita sadar, “Eh, kok aku beneran jadi lebih berani ya?” Kita pura-pura kuat dulu, sampai pelan-pelan kita bisa berdiri di atas kaki kita sendiri.

Kadang kita ngerasa semua ini salah.
Tapi justru dari salah itu kita belajar.
Dari kebingungan itu kita pelan-pelan nemuin arah.

Ada satu kalimat yang selalu ngena,
“We become adults the day we stop chasing who we wish we were, and start embracing who we are.”
Dan proses menerima diri itu nggak selalu mudah.
Tapi begitu kita mulai, pelan-pelan ada ketenangan yang tumbuh.

Dewasa bukan soal finish line.
Dewasa itu latihan harian: cari tahu, salah, revisi, coba lagi, ulang lagi.
Nggak semua yang terlihat matang itu sudah selesai bertumbuh — banyak yang cuma lebih jago merapikan kacau yang mereka rasakan.

Dan kita pun begitu.
Kita tumbuh dalam diam, dalam runtuh kecil, dalam keputusan yang kita revisi setiap hari.


Beda Orang, Beda Waktu Bertumbuhnya

Ada teman yang kariernya melesat lebih cepat.
Ada yang kelihatannya udah stabil secara finansial.
Ada yang sudah menikah, punya rumah, punya arah hidup yang jelas.

Dan kita?
Kadang masih bingung mau makan apa malam ini.
Kadang masih menunda keputusan besar karena takut salah langkah.

Tapi tumbuh itu personal.
Nggak ada jam standar buat hidup.
Nggak ada lomba siapa paling cepat “berhasil.”

Ada pepatah yang bilang, “Bambu itu kelihatan tumbuh pelan, tapi akarnya berkembang jauh sebelum batangnya muncul.”
Dan mungkin sekarang kita lagi fase akar itu — membangun dasar, pelan-pelan, di balik layar, tanpa tepuk tangan.

Yang penting bukan cepatnya, tapi kokohnya.
Bukan siapa yang duluan, tapi siapa yang tetap jalan.

Dan kamu lagi berjalan.
Itu sudah luar biasa.


Kalau Hari Ini Kamu Masih Bingung… Itu Normal

Nggak apa-apa hari ini kamu masih belum yakin.
Nggak apa-apa kalau kamu masih belajar.
Nggak apa-apa kalau kamu belum punya jawaban untuk semua hal.

Kamu bukan gagal.
Kamu bukan kurang.
Kamu cuma manusia yang sedang bertumbuh dengan ritme kamu sendiri.

Ada hari kamu kuat — ada hari kamu butuh berhenti sebentar.
Dua-duanya valid. Dua-duanya bagian dari proses.

Berhenti bukan tanda kamu menyerah.
Itu tanda kamu sedang merawat diri, sebelum mulai lari lagi.

Dan kalau kamu merasa capek pura-pura kuat terus, ingat satu hal:
Orang dewasa bukan yang selalu bisa.
Orang dewasa itu yang terus mencoba, meski hati masih sering goyah.

Di balik semua pura-pura itu, kamu bukan lagi menyamar jadi orang dewasa.
Kamu sedang membangun versi dewasa kamu sendiri — pelan, tenang, dan nyata.

Dan suatu hari nanti, kamu akan lihat ke belakang dan bilang,
“Ternyata aku kuat juga ya, bisa sampai sini.”

Untuk sekarang?
Terus jalan
Pelan nggak apa-apa — yang penting tetap maju.

Kamu nggak sendirian.
Dan kamu sudah lebih dewasa dari yang kamu pikirkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Generasi Overthinking: Ungkap Penyebab Aslinya dan Cara Lepas Total dari Pola Pikiran Buruk

  Kadang kita merasa hidup makin cepat, tapi kepala makin penuh. Badan capek, hati capek, dan pikiran nggak pernah berhenti bersuara. Kita d...