"Sometimes, feeling nothing is more painful than
feeling something." – Unknown
Kadang yang paling bikin bingung itu bukan rasa sedih,
marah, atau kecewa. Tapi saat kamu ngerasa... kosong. Seolah dunia tetap
berputar, orang-orang tetap tertawa, tapi kamu sendiri cuma jadi penonton.
Nggak benar-benar ikut hidup.
Pernah nggak kamu ngerasa kayak gitu? Bukan karena ada
masalah besar, tapi karena semuanya terasa datar. Mau senyum rasanya palsu. Mau
nangis pun nggak bisa. Bukan karena kamu kuat. Tapi karena kamu udah terlalu
sering merasa... sampai akhirnya berhenti merasa apa-apa.
Kalau sekarang kamu lagi ngerasa asing sama diri sendiri,
nggak apa-apa. Itu valid. Tapi coba kamu pikir: udah berapa lama kamu bertahan
tanpa benar-benar jujur ke diri sendiri?
Mungkin ini saatnya kamu duduk sebentar. Nggak buat nyari
solusi cepat. Tapi buat pelan-pelan nanya ke diri sendiri, “Apa kabar hatiku
hari ini?”
Karena bisa jadi, kamu lagi ada di fase yang sering orang
sebut sebagai mati rasa secara emosional. Dan meskipun terasa sepi, kamu
nggak sendirian.
Mati rasa bukan akhir dari segalanya
"You’re not broken. You’re just in a season of
restoration." – Morgan Harper Nichols
Banyak orang takut mengakui kalau mereka lagi ‘nggak ngerasa
apa-apa.’ Kita dibiasakan untuk bilang “aku baik-baik aja” bahkan ketika
semuanya jelas-jelas nggak baik. Tapi makin kamu menolak rasa itu, makin dia
mengakar dalam-dalam.
Coba pikirin ini: kamu udah melalui begitu banyak hal. Bisa
jadi kamu kehilangan seseorang yang kamu sayang, atau harapan yang selama ini
kamu bangun runtuh satu per satu. Mungkin kamu udah terlalu sering kecewa,
terlalu sering memendam, sampai akhirnya otak kamu bilang, “Cukup. Untuk
sementara, aku matikan semua rasa dulu.”
Dan itu wajar. Nggak ada yang salah dari itu. Tapi juga
nggak boleh dibiarkan terlalu lama.
Karena walau kamu terlihat baik di luar, di dalam kamu
perlahan menjauh dari dirimu sendiri. Dan rasa kosong itu bisa bikin kamu
bingung: “Kenapa sih aku begini? Aku kenapa?”
Kenapa kita bisa mati rasa?
"The worst battle is the one between what you know
and what you feel." – Unknown
Jawabannya nggak selalu sederhana. Tapi satu hal yang pasti:
mati rasa bukan muncul tiba-tiba. Dia pelan-pelan tumbuh dari luka-luka kecil
yang nggak sempat kamu rawat.
Kita sering kira ini cuma efek lelah. Tapi ternyata lebih
dari itu. Beberapa penyebab umum mati rasa secara emosional antara lain:
- Kelelahan
mental dan emosional berkepanjangan
Kamu terus dipaksa produktif, dituntut sempurna, tapi nggak ada ruang buat ngeluh. - Perasaan
tidak didengar atau dipahami
Setiap kali kamu ingin cerita, responnya malah minim empati. Lama-lama kamu berhenti bicara. Dan akhirnya juga berhenti merasa. - Pengalaman
traumatis atau kehilangan
Baik itu kehilangan orang tercinta, kegagalan besar, atau rasa bersalah yang belum selesai, semua itu bisa bikin emosi kamu ‘membeku’. - Terlalu
sering menekan perasaan sendiri
Kamu bilang ke diri sendiri, “Nggak boleh lemah.” Tapi tahu nggak? Justru karena kamu terus menahan, emosimu jadi nggak punya jalan keluar.
Pernah nggak kamu ngerasa capek padahal nggak ngapa-ngapain?
Nah, itu salah satu tanda kamu mungkin lagi mengalami kelelahan emosional yang
ujung-ujungnya bikin kamu mati rasa.
Apakah ini berarti aku rusak?
"Numb the pain and you numb the joy." – BrenĂ©
Brown
Nggak, kamu nggak rusak.
Justru itu yang sering disalahpahami. Banyak dari kita
merasa aneh sama diri sendiri karena nggak bisa ngerasa ‘normal’. Padahal kamu
cuma butuh waktu. Kamu sedang dalam masa istirahat yang bentuknya nggak kamu
sadari.
Bayangin luka di tubuhmu. Kalau kamu terus-menerus maksa
diri jalan padahal kakimu keseleo, luka itu nggak bakal sembuh. Sama seperti
perasaan. Kadang, mati rasa adalah pertahanan tubuhmu biar nggak hancur total.
Tapi sadarilah ini: kalau dibiarkan terlalu lama, mati rasa
bisa bikin kamu jauh dari kehidupan yang bermakna. Karena kita diciptakan untuk
merasakan—sedih, bahagia, marah, takut. Dan ketika semua itu mati, hidupmu jadi
sekadar berjalan, bukan dijalani.
Gimana caranya menghadapi rasa kosong ini?
"Healing doesn’t mean the damage never existed. It
means the damage no longer controls our lives." – Akshay Dubey
Kamu nggak harus sembuh sekarang juga. Tapi kamu bisa mulai
dari hal kecil. Pelan-pelan. Tanpa paksaan. Ini beberapa langkah yang bisa kamu
coba:
- Akui
perasaanmu tanpa menghakimi
Kadang kita bilang, “Aku nggak boleh kayak gini.” Tapi justru itu bikin kamu makin tertekan. Coba ubah jadi, “Oke, sekarang aku lagi ngerasa kosong. Itu valid. Aku nggak sendiri.” - Cari
ruang aman untuk cerita
Entah ke teman dekat, konselor, atau bahkan lewat tulisan. Kamu butuh tempat buat mengeluarkan isi kepala yang selama ini kamu pendam. - Hadir
di momen-momen kecil
Nggak perlu langsung cari hal besar. Cukup duduk di bawah sinar matahari pagi, dengerin lagu yang dulu kamu suka, atau cium aroma kopi. Rasakan hal-hal kecil itu, dan lihat apakah ada yang muncul di hatimu, sekecil apapun. - Berhenti
menuntut diri untuk ‘baik-baik aja’
Healing itu proses, bukan lomba. Nggak apa-apa kalau hari ini kamu masih belum bisa tertawa. Yang penting kamu tahu, kamu sedang menuju ke sana. - Kalau
perlu, cari bantuan profesional
Nggak ada yang salah dengan minta tolong. Justru itu bentuk keberanian. Psikolog atau konselor bisa bantu kamu mengurai kekusutan yang selama ini kamu simpan sendirian.
Kamu masih hidup. Dan itu cukup untuk sekarang
"Even when you feel nothing, your heart is still
beating. That means you're still trying." – Unknown
Kadang, perjuangan terbesar adalah bertahan ketika kamu
bahkan nggak tahu buat apa. Tapi justru di situlah kekuatanmu. Karena kamu
masih di sini. Masih bangun tiap pagi. Masih berusaha, meskipun rasanya kosong.
Dan perlahan, kamu akan mulai ngerasain lagi. Mungkin nggak
langsung bahagia. Tapi kamu akan kembali bisa menangis, bisa tertawa, bisa
terhubung lagi dengan dirimu sendiri.
Jadi, jangan buru-buru sembuh. Tapi juga jangan berhenti.
Karena meskipun sekarang kamu nggak ngerasa apa-apa, itu bukan akhir dari
cerita.
Masih ada bagian dari dirimu yang ingin hidup sepenuhnya.
Dan kamu layak merasakannya lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar