"You yourself, as much as anybody in the entire universe, deserve
your love and affection." — Buddha
Kadang kita bangun pagi bukan karena semangat, tapi karena kewajiban.
Kerja karena diminta, bantu orang karena nggak enak nolak, ngikutin semua
permintaan biar dianggap baik. Lama-lama lupa rasanya ngelakuin sesuatu yang
bikin kita sendiri bahagia. Pernah ngerasa gitu juga?
Mungkin kamu udah terlalu sering hidup buat orang lain. Buat keluarga,
temen, pasangan, atau bahkan buat ekspektasi orang-orang yang bahkan nggak
benar-benar kenal kamu. Saking seringnya, kamu jadi lupa: sebenernya kamu juga
berhak ngerasa senang. Kamu juga pantas ngerasain hidup yang kamu mau, bukan
cuma hidup yang orang lain anggap benar.
Kadang kita terlalu fokus ngejar ekspektasi orang, padahal sering kali itu
bukan hal yang kita inginkan. Makanya, yuk, kita obrolin bareng-bareng soal
ini, karena kamu juga berhak merasakan hidup yang benar-benar kamu inginkan.
Berbuat baik itu bagus, tapi jangan sampai nyakitin diri
sendiri
“You can’t pour from an empty cup.” — Unknown
Tolong orang itu mulia. Tapi kalau setiap nolong, kamu ngerasa capek,
males, atau malah kesel, berarti ada yang salah. Nggak semua hal harus kamu
iyain. Nggak semua masalah harus kamu selesain.
Sering kan, kita diposisikan sebagai orang yang harus selalu ada buat
orang lain. Tapi, apa kamu nggak pernah mikir kalau ada saatnya kamu juga perlu
ada buat diri sendiri? Setiap kali kamu nolong orang tanpa perasaan yang tulus,
itu sama aja kamu maksa diri sendiri. Padahal, kalau kamu terus-terusan ngasih
tanpa mikirin diri sendiri, yang ada malah jadi kosong.
Coba deh, mulai tanya ke diri sendiri: "Aku emang mau nolong, atau
cuma nggak enak?" Kalau jawabannya cuma karena takut nggak enak—stop!
Ingat, kamu juga penting. Kalau kamu nggak utuh, gimana kamu bisa bantu orang
lain dengan tulus?
Berbuat baik itu bukan soal jadi korban. Kamu tetap bisa peduli sama orang
lain tanpa harus terus-terusan ngabaikan diri sendiri. Kalau kamu utuh
dan bahagia, kebaikanmu bisa lebih tulus dan berdaya.
Bahagia itu hak dasar, bukan kemewahan
“Taking care of yourself doesn’t mean me first, it means me too.” — L.R.
Knost
Sering kali kita mikir kalau bahagia itu hal mewah, atau bahkan egois.
Seakan-akan, kita harus selalu mikirin orang lain dulu baru diri sendiri.
Padahal, bahagia itu kebutuhan, bukan sekedar kemewahan. Kalau kamu nggak
peduli sama diri sendiri, siapa lagi yang akan jaga kamu?
Jangan nunggu orang lain nge-validasi perasaanmu. Jangan nunggu mereka
yang ngerti kalau kamu butuh istirahat atau waktu sendiri. Kamu yang paling
tahu apa yang kamu butuhin, dan kamu nggak harus minta izin buat itu.
Jangan ragu buat sesekali bilang "aku butuh waktu sendiri" atau
"aku capek". Itu bukan egois. Itu bentuk peduli sama diri sendiri.
Karena kalau kamu nggak peduli sama diri sendiri, siapa yang akan?
Kalau harus ngecewain orang lain, ya udah. Asal jangan diri
sendiri
“Don’t trade your authenticity for approval.” — Unknown
Pernah nggak ngerasa takut mengecewakan orang lain? Kita sering kali
mengorbankan kebahagiaan dan kenyamanan kita demi orang lain, cuma supaya
mereka nggak kecewa. Tapi, sampai kapan kamu mau hidup seperti itu? Kadang,
kita terlalu sibuk nyenengin orang lain sampai lupa apa yang kita rasain.
Orang lain bisa kecewa, dan itu bukan masalahmu. Yang penting, kamu nggak
kehilangan dirimu sendiri. Kalau kamu terus-terusan jadi orang lain demi
nyenengin orang, kamu justru akan kehilangan bagian penting dari dirimu.
Kita sering merasa kalau nggak ngikutin harapan orang lain, kita bakal
dianggap egois atau nggak peduli. Padahal, kalau kamu nggak bisa jadi diri
sendiri, kamu malah nggak akan bisa jadi orang yang bisa diandalkan buat
mereka. Lebih baik kecewain mereka karena jujur dengan dirimu sendiri daripada
jadi orang yang nggak kamu kenal cuma untuk nyenengin mereka.
Hidupmu terbatas, jangan buang buat ngejar validasi
“Be yourself; everyone else is already taken.” — Oscar Wilde
Waktu kita nggak banyak. Kalau setiap hari kamu hidup buat nyenengin orang
lain, kapan kamu bisa hidup buat diri sendiri? Hidup ini bukan soal memenuhi
ekspektasi orang, tapi tentang bagaimana kamu bisa jadi versi terbaik dari
dirimu sendiri. Hidup bukan soal kerja keras dan usaha keras buat orang lain.
Hidup juga tentang menikmati setiap momen yang ada buat diri sendiri.
Daripada terus nyari pengakuan dari orang lain, kenapa nggak mulai mikirin
gimana caranya untuk jadi dirimu sendiri yang lebih baik? Jadi, cobalah untuk
tanya pada diri sendiri: apa yang bikin kamu bahagia? Apa yang bikin kamu lupa
waktu? Temukan itu, dan buat itu jadi bagian dari hidupmu.
Kamu nggak perlu selalu jadi orang yang memuaskan semua harapan orang.
Yang perlu kamu lakukan adalah jadi versi terbaik dari diri kamu. Kalau kamu
bisa merawat diri sendiri, hidupmu bakal jadi lebih berarti.
Pelan-pelan, tapi mulai sekarang
“You owe yourself the love that you so freely give to others.” — Unknown
Gak perlu langsung berubah total hari ini juga. Tapi mulai kasih ruang
buat diri sendiri itu langkah awal yang penting. Pelan-pelan, mulai dari hal
kecil. Mungkin hari ini kamu belajar bilang “nggak dulu ya.” Atau kamu mutusin
buat ambil waktu sendiri sebentar tanpa ngerasa bersalah. Itu bukan tindakan
egois, tapi bentuk keberanian. Karena nggak semua orang punya keberanian buat
jujur soal apa yang dia rasain.
Jangan ragu untuk memberi diri sendiri ruang untuk berkembang, istirahat,
atau cuma menikmati hidup tanpa tekanan. Hidup ini, pada akhirnya, bukan
tentang memenuhi ekspektasi orang lain, tetapi tentang menjadi diri yang utuh
dan penuh kesadaran.
Jadi, mulai sekarang, jangan cuma hidup buat orang lain. Hidup juga buat
dirimu sendiri. Kamu berhak bahagia. Kamu layak punya ruang.
Dan kamu nggak sendirian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar