2025/05/09

Kenapa Kita Lebih Betah Scroll HP Daripada Baca Buku? Baca Buku Jadi Susah, Padahal Mau Produktif, Tapi Ending-nya Malah Scroll Lagi


Seseorang sedang asyik scroll sosial media dengan tumpukan buku di sebelahnya, menggambarkan godaan hiburan digital yang mengalihkan perhatian dari membaca buku

"Fokus bukan sesuatu yang kamu temui, tapi sesuatu yang kamu bangun." – Charles Duhigg

Kamu pasti pernah ngerasa, kan, pas udah niat banget mau baca buku, eh, ujung-ujungnya malah lupa waktu dan asyik scroll timeline sosial media? Rasanya, waktu udah habis berjam-jam, tapi kok nggak ada yang bener-bener berfaedah? Padahal, niat awalnya kan mau produktif, mau baca buku, atau belajar sesuatu. Tapi kenapa ya, tangan malah lebih gampang pegang HP daripada buku? Nah, kita coba ngobrolin ini bareng.


1. Kenapa Fokus Kita Mudah Terganggu?

Seseorang duduk dengan buku terbuka, sementara notifikasi dari HP dan komputer mengalihkan perhatian, menggambarkan gangguan digital yang sering terjadi


"Fokus bukan sesuatu yang kamu temui, tapi sesuatu yang kamu bangun." – Charles Duhigg

Kita hidup di zaman yang penuh dengan gangguan. Mulai dari HP yang terus memberi notifikasi, aplikasi yang siap menarik perhatian kita, hingga sosial media yang menawarkan hiburan tanpa batas. Setiap kali kita mendengar suara notifikasi, otak kita langsung terpicu untuk melihatnya.

Ini adalah bentuk dari dopamin rush yang membuat kita merasa rewarded meski itu hanya dalam hitungan detik. Inilah kenapa kita lebih sering kehabisan waktu untuk scroll daripada membaca buku.

Buku membutuhkan konsentrasi penuh. Mungkin butuh beberapa menit untuk menyelami setiap bab dan memahami pesan di balik kata-kata. Sementara itu, sosial media memberi kita hiburan instan tanpa memerlukan banyak usaha.

Tapi sayangnya, hiburan instan itu bisa jadi jebakan. Otak kita jadi terbiasa mencari dopamin instan, dan akibatnya, kita jadi merasa malas untuk mengerahkan usaha lebih dalam melakukan hal yang membutuhkan fokus, seperti membaca buku.

Lama kelamaan, kita jadi merasa kesulitan untuk fokus dalam hal-hal yang lebih serius atau bermanfaat. Kalau terus-terusan begini, kita jadi kebanyakan waktu buat hiburan, sementara buku yang bisa memperkaya pengetahuan malah terabaikan.


2. Tekanan Jadi "Produktif" yang Justru Bikin Kacau

Seseorang merasa stres dengan daftar tugas yang mengelilinginya, sementara terjebak dalam dunia sosial media, menggambarkan tekanan untuk selalu produktif


"Produktivitas yang berlebihan tidak hanya buruk bagi kesehatan mental kita, tapi juga bisa membuat kita kehilangan arah." – Tim Ferriss

Mungkin kamu sering ngerasa, "Harusnya aku baca buku, kerja lebih keras, atau terus belajar." Ada tekanan yang datang dari luar diri kita, dari media sosial yang terus menampilkan orang-orang yang seolah-olah hidupnya selalu produktif.

Dan akhirnya kita merasa kalau kita nggak melakukan hal serupa, kita nggak cukup produktif. Tapi justru perasaan ini bisa menimbulkan kebingungan dan membuat kita stres.

Kadang, tekanan untuk terus produktif malah bikin kita overthink. Kita pengen baca buku, belajar, atau mencapai target, tapi malah merasa tertekan karena banyak hal yang harus dilakukan. Alhasil, kita mencari cara untuk "melarikan diri" dari tekanan itu, dan itu biasanya berujung dengan scroll sosial media atau nonton video lucu yang nggak ada habisnya.

Memang, kita harus jujur pada diri sendiri. Kita semua butuh waktu untuk santai dan reset otak, tapi yang penting adalah kita tahu kapan waktunya istirahat, dan kapan waktunya untuk kembali fokus. Produktivitas bukan hanya soal kerja keras tanpa henti, tetapi tentang bagaimana kita bisa menikmati waktu santai tanpa merasa bersalah.


3. Bagaimana Mengalihkan Perhatian dari HP ke Buku?

Seseorang menutup HP dan membuka buku dengan cahaya lembut yang keluar dari buku, menunjukkan perubahan fokus menuju kegiatan yang lebih produktif


"Kunci untuk mengubah kebiasaan adalah membuatnya lebih menarik, lebih mudah, dan lebih memuaskan." – James Clear

Mengalihkan perhatian dari HP ke buku itu nggak semudah membalikkan telapak tangan. Tapi itu bukan berarti nggak mungkin. Pertama, kamu bisa mulai dengan mengurangi gangguan. 

Coba matikan notifikasi yang nggak penting, atau bahkan simpan HP di tempat yang jauh dari jangkauan saat kamu mau baca. Kalau kamu merasa tergoda untuk cek HP, coba buat jadwal khusus untuk buka sosial media setelah kamu selesai baca beberapa halaman.

Buku bisa terasa membosankan kalau kita terbiasa dengan media yang lebih instan. Maka, buatlah kegiatan membaca menjadi lebih menyenangkan. Misalnya, coba pilih buku yang bener-bener kamu minati atau yang topiknya bikin kamu penasaran. Gantilah pandangan kamu tentang membaca; bukan sebagai kewajiban, tapi sebagai kesempatan buat menikmati waktu luang dan menambah wawasan.

Pilih waktu yang tepat untuk membaca. Bisa setelah bangun tidur, sebelum tidur, atau di waktu santai. Saat kamu sudah membiasakan diri membaca sedikit demi sedikit setiap hari, kamu bakal mulai merasakan manfaatnya, dan kebiasaan itu bisa terus berkembang menjadi kebiasaan positif.


4. Berdamai dengan Waktu Tanpa Rasa Bersalah

Seseorang menikmati waktu santai dengan secangkir kopi dan hiburan, menunjukkan pentingnya waktu relaksasi tanpa merasa bersalah


"Jangan biarkan rasa bersalah menguasai waktu santai kamu." – Brene Brown

Waktu untuk bersantai itu penting, apalagi di dunia yang serba cepat ini. Tapi sering kali, kita merasa bersalah ketika menikmati waktu santai, apalagi kalau kita ngerasa nggak produktif. 

Saat kita memutuskan untuk menonton video di YouTube atau main game, sering muncul perasaan bahwa kita harusnya melakukan hal lain yang lebih bermanfaat seperti membaca buku. Padahal, kita juga butuh waktu untuk merilekskan otak dan tubuh.

Kuncinya adalah balance. Waktu luang itu penting, dan nggak perlu merasa bersalah. Yang perlu kita lakukan adalah memahami kapan kita butuh istirahat dan kapan waktunya fokus. Jangan biarkan perasaan bersalah menguasai momen santai kita. Ketika kita sudah tahu kapan waktunya fokus dan kapan waktunya santai, kita bisa menikmati hidup dengan lebih seimbang.

Penting juga untuk diingat bahwa waktu santai bukan berarti waktu yang terbuang. Justru, ini adalah bagian dari proses pemulihan yang membuat kita lebih produktif di kemudian hari.


5. Pelan-pelan, Yang Penting Jangan Nunda

Seseorang memulai langkah kecil membaca buku di tempat yang tenang, menunjukkan pentingnya memulai dengan hal-hal kecil dalam perubahan kebiasaan


"Perubahan besar dimulai dengan langkah kecil." – Tony Robbins

Jangan terburu-buru ingin langsung bisa mengubah kebiasaan dalam semalam. Mulailah dengan langkah-langkah kecil, seperti membaca 10 halaman buku setiap hari. Kalau kamu merasa itu masih terlalu banyak, mulai dengan dua halaman dulu. Yang penting adalah konsisten, meski itu dimulai dengan langkah kecil.

Ketika kamu memulai kebiasaan baru, jangan berharap bisa langsung melakukan semuanya dengan sempurna. Pelan-pelan, nikmati setiap langkahnya. Kamu bisa mulai dengan target-target kecil, dan seiring berjalannya waktu, kebiasaan membaca buku akan semakin kuat. Yang terpenting adalah jangan nunda—mulailah sekarang, walaupun dengan hal kecil, dan lihat bagaimana itu berubah jadi kebiasaan besar.


Terkadang, kita lebih sering merasa “harus” dibandingkan “mau.” Tapi ingat, setiap orang punya cara berbeda untuk menikmati hidup, jadi nggak perlu merasa terburu-buru. Yang penting, kamu tahu kapan waktunya untuk melangkah lebih produktif dan kapan waktunya menikmati hiburan dengan tenang. Pelan-pelan aja, yang penting nggak sendirian dalam perjalanan ini.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hidupmu Penuh Tapi Gak Kerasa? Waspada Digital Clutter!

Pernah nggak kamu ngerasa otak penuh padahal nggak ada hal besar yang sedang terjadi? Anehnya, bukan karena masalah besar atau tugas kampus ...