“The inability to make a decision is a decision in
itself.” – Unknown
Pernah ada momen di mana kamu udah tahu harus milih, tapi
malah ngulur-ngulur? Kayak waktu ditawarin ikut program kampus yang
kelihatannya bagus, tapi kamu nunda jawab karena takut ada opsi lain yang lebih
seru? Lalu waktu habis, slot penuh, dan kamu nggak ambil apa-apa.
Di titik ini, kamu nggak cuma sekadar galau. Kamu mungkin
lagi ngalamin FOBO.
Takut ada yang lebih baik? Itu namanya FOBO
“The fear of choosing wrong keeps us stuck in the
illusion of something better.” – Anonymous
FOBO, alias Fear of Better Options, itu
kebalikan dari FOMO. Kalau FOMO bikin kita takut ketinggalan, FOBO
bikin kita takut memilih. Kita tahu harus ambil keputusan, tapi merasa ada
pilihan lain yang lebih bagus—jadi kita nunggu... terus.
Contohnya sederhana. Kamu ditawarin kerja freelance di
bidang yang kamu suka. Fee-nya lumayan, waktunya fleksibel. Tapi kamu mikir,
“Gimana kalau minggu depan ada yang nawarin proyek lebih gede?” Jadi kamu nggak
jawab-jawab, dan akhirnya kesempatan itu dikasih ke orang lain.
FOBO kelihatannya kayak "sikap hati-hati."
Tapi seringnya, itu cuma bentuk dari rasa takut salah. Takut komitmen. Takut
kehilangan kemungkinan yang bahkan belum tentu ada.
Terlalu banyak pilihan malah bikin kita nggak bisa
memilih
“More options don’t always mean more freedom — sometimes
they just bring more anxiety.” – Barry Schwartz
Kamu pernah masuk ke toko roti dan lihat ada 25 pilihan kue?
Awalnya senang, tapi lama-lama malah bingung. Akhirnya kamu keluar tanpa beli
apa-apa.
Nah, itu FOBO juga.
Zaman sekarang, kita dikelilingi pilihan—dari hal kecil
kayak makanan, sampai keputusan hidup kayak karier, pasangan, tempat tinggal.
Dan makin banyak pilihannya, makin besar rasa takut untuk salah pilih. Kita
takut nyesel.
Ini yang bikin kita suka overthinking. Kayak: “Kalau aku
milih S2 di sini, gimana kalau nanti ada beasiswa luar negeri yang lebih
bagus?” atau “Kalau aku pacaran sama dia, gimana kalau sebenarnya ada orang
lain yang lebih cocok?”
Dan akhirnya? Kita nggak ambil keputusan apa pun. Kita
kelelahan sendiri karena otak terus muter, tapi nggak ada yang benar-benar
dijalanin.
Penundaan bukan selalu bijak, kadang cuma ketakutan yang
dibungkus rapi
“Sometimes we wait for the perfect option so long that we
miss the good one.” – Unknown
Banyak dari kita yang ngerasa, “Belum saatnya ambil
keputusan, aku masih mikir.” Padahal aslinya... kita takut. Takut tanggung
jawab. Takut salah langkah. Takut disalahin kalau hasilnya nggak sesuai
ekspektasi.
Coba deh ingat, kapan terakhir kali kamu nunda-nunda balas
email penting? Atau gak jadi ngirim CV ke tempat yang sebenarnya kamu pengen
banget, cuma karena mikir, “Tunggu aja dulu, siapa tahu ada yang lebih cocok.”
Kita ngebungkus ketakutan itu dengan label: lagi
nimbang-nimbang. Padahal, dalam banyak kasus, kita cuma sedang menunggu
"rasa yakin" yang mungkin nggak akan pernah datang.
Karena kebenarannya, rasa yakin itu sering muncul setelah
kita mulai jalan, bukan sebelumnya.
Nggak harus sempurna, yang penting berani mulai
“Better an imperfect decision than a lifetime of
indecision.” – Ed
Ada temanku, namanya Rani. Dia pernah cerita, selama 6 bulan
lebih dia ragu buat ambil kerjaan di luar kota. Alasannya? Takut jauh dari
keluarga, takut nggak cocok sama lingkungan baru, dan ya... takut ada tawaran
yang lebih baik kalau dia sabar sedikit lagi.
Sampai akhirnya dia capek sendiri. Dia ambil kerjaan itu,
dan ternyata? Emang nggak semuanya mulus. Tapi dia belajar banyak. Ketemu orang
baru. Dapat pengalaman kerja yang bikin CV-nya makin kuat.
Dan dia bilang, “Aku menyesal cuma karena terlalu lama
nunggu. Bukan karena keputusannya.”
FOBO nggak akan hilang dari hidup kita. Tapi kita
bisa belajar untuk ngelangkah walau masih ragu. Karena keberanian itu bukan
berarti bebas dari rasa takut—tapi tetap maju walau takut.
Jalan terbaik nggak selalu kelihatan di awal
“We only know a path is right after we walk through it.”
– Paulo Coelho
Kita pengen banget punya jaminan: kalau aku milih ini,
hasilnya pasti baik. Tapi hidup nggak pernah ngasih kepastian kayak gitu.
Sering kali, kita baru tahu sesuatu itu berharga setelah
kita coba. Baru ngerti pilihan itu tepat setelah kita jalanin dan melewatinya.
Jadi daripada nunggu sampai semua terasa pasti, mending
mulai dulu dari keputusan yang kecil. Nggak usah mikir terlalu jauh ke masa
depan. Fokus aja di langkah pertama.
Kayak waktu kamu belajar naik sepeda dulu—kamu bisa jatuh,
bisa luka, tapi kamu belajar jaga keseimbangan karena kamu berani nyoba. Bukan
karena kamu yakin nggak bakal jatuh.
Mungkin kita nggak pernah bisa bebas sepenuhnya dari FOBO.
Tapi kita bisa pilih buat nggak dikuasai olehnya.
Karena hidup ini nggak nunggu kita siap, dia terus jalan.
Dan setiap keputusan yang kita ambil hari ini, sekecil apa pun, bisa jadi titik
awal menuju versi diri kita yang lebih berani.
Kalau kamu ngerasa artikel ini ngena, kamu bisa:
- Share
ke temanmu yang juga sering overthinking
- Baca
juga artikel sebelumnya soal cara mengatasi FOMO
- Atau
tinggalin komentar, cerita, atau pertanyaanmu—karena kadang nulis
unek-unek aja udah bikin kita merasa sedikit lebih ringan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar