2025/05/10

Kenapa Kita Sering Takut Ambil Keputusan? Kenalan dengan FOBO, Si Biang Overthinking Itu

 

Ilustrasi seorang anak muda duduk di persimpangan jalan dengan dua peta, terlihat bingung memilih arah di tengah berbagai pilihan hidup

“The inability to make a decision is a decision in itself.” – Unknown

Pernah ada momen di mana kamu udah tahu harus milih, tapi malah ngulur-ngulur? Kayak waktu ditawarin ikut program kampus yang kelihatannya bagus, tapi kamu nunda jawab karena takut ada opsi lain yang lebih seru? Lalu waktu habis, slot penuh, dan kamu nggak ambil apa-apa.

Di titik ini, kamu nggak cuma sekadar galau. Kamu mungkin lagi ngalamin FOBO.


Takut ada yang lebih baik? Itu namanya FOBO

Ilustrasi seseorang menatap layar laptop dengan banyak pilihan terbuka, mencerminkan kebingungan karena terlalu banyak opsi yang lebih baik


“The fear of choosing wrong keeps us stuck in the illusion of something better.” – Anonymous

FOBO, alias Fear of Better Options, itu kebalikan dari FOMO. Kalau FOMO bikin kita takut ketinggalan, FOBO bikin kita takut memilih. Kita tahu harus ambil keputusan, tapi merasa ada pilihan lain yang lebih bagus—jadi kita nunggu... terus.

Contohnya sederhana. Kamu ditawarin kerja freelance di bidang yang kamu suka. Fee-nya lumayan, waktunya fleksibel. Tapi kamu mikir, “Gimana kalau minggu depan ada yang nawarin proyek lebih gede?” Jadi kamu nggak jawab-jawab, dan akhirnya kesempatan itu dikasih ke orang lain.

FOBO kelihatannya kayak "sikap hati-hati." Tapi seringnya, itu cuma bentuk dari rasa takut salah. Takut komitmen. Takut kehilangan kemungkinan yang bahkan belum tentu ada.


Terlalu banyak pilihan malah bikin kita nggak bisa memilih

Ilustrasi tangan terbentang ke arah banyak pintu yang terbuka dengan label berbeda, simbol kebingungan karena terlalu banyak pilihan


“More options don’t always mean more freedom — sometimes they just bring more anxiety.” – Barry Schwartz

Kamu pernah masuk ke toko roti dan lihat ada 25 pilihan kue? Awalnya senang, tapi lama-lama malah bingung. Akhirnya kamu keluar tanpa beli apa-apa.

Nah, itu FOBO juga.

Zaman sekarang, kita dikelilingi pilihan—dari hal kecil kayak makanan, sampai keputusan hidup kayak karier, pasangan, tempat tinggal. Dan makin banyak pilihannya, makin besar rasa takut untuk salah pilih. Kita takut nyesel.

Ini yang bikin kita suka overthinking. Kayak: “Kalau aku milih S2 di sini, gimana kalau nanti ada beasiswa luar negeri yang lebih bagus?” atau “Kalau aku pacaran sama dia, gimana kalau sebenarnya ada orang lain yang lebih cocok?”

Dan akhirnya? Kita nggak ambil keputusan apa pun. Kita kelelahan sendiri karena otak terus muter, tapi nggak ada yang benar-benar dijalanin.


Penundaan bukan selalu bijak, kadang cuma ketakutan yang dibungkus rapi

Ilustrasi seseorang di depan kalender penuh catatan penundaan, memegang surat yang belum dibuka, menggambarkan ketakutan mengambil keputusan


“Sometimes we wait for the perfect option so long that we miss the good one.” – Unknown

Banyak dari kita yang ngerasa, “Belum saatnya ambil keputusan, aku masih mikir.” Padahal aslinya... kita takut. Takut tanggung jawab. Takut salah langkah. Takut disalahin kalau hasilnya nggak sesuai ekspektasi.

Coba deh ingat, kapan terakhir kali kamu nunda-nunda balas email penting? Atau gak jadi ngirim CV ke tempat yang sebenarnya kamu pengen banget, cuma karena mikir, “Tunggu aja dulu, siapa tahu ada yang lebih cocok.”

Kita ngebungkus ketakutan itu dengan label: lagi nimbang-nimbang. Padahal, dalam banyak kasus, kita cuma sedang menunggu "rasa yakin" yang mungkin nggak akan pernah datang.

Karena kebenarannya, rasa yakin itu sering muncul setelah kita mulai jalan, bukan sebelumnya.


Nggak harus sempurna, yang penting berani mulai

Ilustrasi langkah kaki seseorang yang mulai melangkah dari tempat gelap ke area terang, simbol keberanian memulai meski belum sempurna


“Better an imperfect decision than a lifetime of indecision.” – Ed

Ada temanku, namanya Rani. Dia pernah cerita, selama 6 bulan lebih dia ragu buat ambil kerjaan di luar kota. Alasannya? Takut jauh dari keluarga, takut nggak cocok sama lingkungan baru, dan ya... takut ada tawaran yang lebih baik kalau dia sabar sedikit lagi.

Sampai akhirnya dia capek sendiri. Dia ambil kerjaan itu, dan ternyata? Emang nggak semuanya mulus. Tapi dia belajar banyak. Ketemu orang baru. Dapat pengalaman kerja yang bikin CV-nya makin kuat.

Dan dia bilang, “Aku menyesal cuma karena terlalu lama nunggu. Bukan karena keputusannya.”

FOBO nggak akan hilang dari hidup kita. Tapi kita bisa belajar untuk ngelangkah walau masih ragu. Karena keberanian itu bukan berarti bebas dari rasa takut—tapi tetap maju walau takut.


Jalan terbaik nggak selalu kelihatan di awal

Ilustrasi seseorang berjalan di jalan berkabut di tengah hutan, menunjukkan bahwa arah hidup kadang baru terlihat setelah kita bergerak


“We only know a path is right after we walk through it.” – Paulo Coelho

Kita pengen banget punya jaminan: kalau aku milih ini, hasilnya pasti baik. Tapi hidup nggak pernah ngasih kepastian kayak gitu.

Sering kali, kita baru tahu sesuatu itu berharga setelah kita coba. Baru ngerti pilihan itu tepat setelah kita jalanin dan melewatinya.

Jadi daripada nunggu sampai semua terasa pasti, mending mulai dulu dari keputusan yang kecil. Nggak usah mikir terlalu jauh ke masa depan. Fokus aja di langkah pertama.

Kayak waktu kamu belajar naik sepeda dulu—kamu bisa jatuh, bisa luka, tapi kamu belajar jaga keseimbangan karena kamu berani nyoba. Bukan karena kamu yakin nggak bakal jatuh.


Mungkin kita nggak pernah bisa bebas sepenuhnya dari FOBO. Tapi kita bisa pilih buat nggak dikuasai olehnya.

Karena hidup ini nggak nunggu kita siap, dia terus jalan. Dan setiap keputusan yang kita ambil hari ini, sekecil apa pun, bisa jadi titik awal menuju versi diri kita yang lebih berani.


Kalau kamu ngerasa artikel ini ngena, kamu bisa:

  • Share ke temanmu yang juga sering overthinking
  • Baca juga artikel sebelumnya soal cara mengatasi FOMO
  • Atau tinggalin komentar, cerita, atau pertanyaanmu—karena kadang nulis unek-unek aja udah bikin kita merasa sedikit lebih ringan

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hidupmu Penuh Tapi Gak Kerasa? Waspada Digital Clutter!

Pernah nggak kamu ngerasa otak penuh padahal nggak ada hal besar yang sedang terjadi? Anehnya, bukan karena masalah besar atau tugas kampus ...