"Kadang hal yang paling kamu hindari justru yang
paling kamu butuh." — Anonim
Kita sering mikir pengembangan diri itu tentang ngelakuin
hal-hal yang kita suka. Tapi gimana kalau justru titik tumbuh paling besar
datang dari hal-hal yang kita benci—atau minimal, yang selama ini kita jauhi?
Nggak nyaman emang. Tapi kalau nyaman terus, kapan berkembangnya?
Berikut ini obrolan santai kita soal kenapa hal yang kamu
benci bisa jadi pintu masuk ke versi dirimu yang lebih kuat.
Bisa jadi kamu benci karena belum benar-benar paham
"Orang sering takut sama apa yang belum mereka
mengerti." — Marie Curie
Wajar kok, benci sama sesuatu yang bikin kamu merasa nggak
bisa, gagal, atau malu. Mungkin kamu pernah presentasi dan grogi banget. Atau
pernah ikut lomba dan kalah telak. Lalu sejak itu, kamu bilang ke diri sendiri,
“Aku emang nggak cocok di situ.”
Tapi coba deh pikir lagi—beneran nggak cocok, atau belum
kasih kesempatan buat belajar dan paham?
Kita gampang banget menghakimi sesuatu dari pengalaman
pertama. Padahal, bisa aja hal yang bikin kamu frustasi itu sebenarnya cuma
butuh waktu lebih lama buat dipelajari. Bukan berarti kamu bodoh. Mungkin kamu
cuma butuh pendekatan yang beda.
Banyak orang yang tadinya benci matematika, tapi setelah
ketemu guru yang pas, malah jadi suka. Sama kayak hal lain dalam hidup. Kadang
yang kita benci itu cuma karena pengalaman pertama kita buruk, bukan karena
kita benar-benar nggak cocok.
Mulailah dari rasa penasaran, bukan penolakan. Karena bisa
jadi, justru di situlah kemampuan baru kamu akan muncul.
Apa yang kamu benci seringkali nunjukin kelemahan
terbesar kamu
"Kita belajar paling banyak dari hal-hal yang bikin
kita takut." — Eleanor Roosevelt
Misalnya, kamu benci dikritik. Rasanya kayak diserang,
dihina, atau disepelekan. Tapi coba tanya lagi ke diri sendiri: kenapa kritik
segitu ngena-nya?
Mungkin karena kamu terlalu mengaitkan kritik dengan harga
dirimu. Dan justru dari situ kamu belajar sesuatu: bahwa kamu butuh membangun
kepercayaan diri yang lebih sehat, yang nggak mudah goyah waktu dikomentari
orang.
Hal-hal yang bikin kamu nggak nyaman biasanya ngasih sinyal.
Sinyal itu bisa jadi titik masuk buat berkembang—asal kamu cukup berani buat
ngelihatnya dari dekat.
Dan yang menarik, kelemahan kamu hari ini bisa jadi kekuatan
kamu besok. Asal kamu mau duduk bareng sama rasa nggak nyaman itu, dan bukannya
kabur terus tiap kali dia muncul.
Semakin kamu berani hadapi hal-hal yang bikin kamu merasa
lemah, semakin kuat kamu nantinya.
Zona nyaman bisa nyamar jadi 'passion'
"Jangan biarkan kenyamanan membuatmu berhenti
tumbuh." — Brené Brown
Kita suka bilang, “aku fokus sama yang aku suka aja,” karena
terdengar bijak. Tapi kadang itu cuma cara halus buat tetap di zona nyaman.
Passion itu penting, tapi jangan sampai jadi dalih buat
nolak tantangan. Ada banyak orang hebat yang justru berkembang bukan karena
ngelakuin yang mereka sukai—tapi karena mereka mau belajar ngelakuin yang
tadinya mereka benci.
Mereka yang dulunya benci baca, sekarang jadi penulis.
Mereka yang dulu males ketemu orang, sekarang jadi fasilitator, pemimpin, atau
dosen. Bukan karena mereka berubah total, tapi karena mereka ngasih diri mereka
kesempatan buat mencoba.
Coba lihat hal yang selama ini kamu tolak mentah-mentah.
Belajar public speaking, ngurus keuangan pribadi, atau bahkan olahraga. Mungkin
awalnya kamu anggap itu nyebelin. Tapi bisa jadi itu yang bikin kamu lebih
tahan banting, lebih dewasa, lebih hidup.
Dan siapa tahu, setelah beberapa waktu, yang tadinya kamu
benci justru jadi bagian penting dari perjalananmu.
Rasa benci bisa diolah jadi energi untuk bertumbuh
"Segala emosi, termasuk yang negatif, bisa jadi
bahan bakar untuk perubahan." — Tony Robbins
Kalau kamu bisa merubah rasa “benci” jadi rasa penasaran,
kamu udah satu langkah lebih maju dari kebanyakan orang. Karena di balik
kebencian itu ada energi yang besar—tinggal kamu arahkan ke mana.
Contohnya, kamu benci ngelihat orang sombong sukses karena
pamer. Tapi daripada kesel terus, kenapa nggak kamu pakai rasa itu buat jadi
bukti kalau kesuksesan bisa diraih tanpa harus pamer? Bikin kamu jadi lebih
tulus, lebih rajin, dan punya alasan kuat buat berkembang.
Benci itu nggak harus selalu dibuang. Kadang dia cuma butuh
dipeluk, ditanya baik-baik, dan diajak kerja sama.
Dan ini bukan soal jadi positif palsu, ya. Kamu nggak harus
pura-pura suka. Tapi kamu bisa jujur ke diri sendiri: “Oke, gue nggak suka ini.
Tapi ada hal penting di sini. Gue bisa pelajari, pelan-pelan.”
Jalan yang bikin nggak nyaman sering jadi jalan yang
benar
"Jika kamu selalu memilih yang mudah, kamu akan
melewatkan yang penting." — James Clear
Hal yang kamu benci seringkali bikin kamu bergidik, males,
atau pengin kabur. Tapi justru karena itu kamu tahu: ada sesuatu yang penting
di baliknya.
Benci belajar coding? Mungkin karena kamu takut gagal dan
terlihat bodoh. Tapi siapa tahu, dengan belajar itu kamu bisa punya karier
baru.
Benci ngobrol sama orang baru? Mungkin karena kamu takut
ditolak. Tapi siapa tahu, dari sana kamu belajar jadi lebih percaya diri dan
terbuka.
Perubahan emang nggak enak di awal. Tapi coba lihat dari
sisi lain: bukannya semua hal berharga emang butuh perjuangan? Kamu nggak bisa
punya mental kuat kalau terus lari dari hal yang bikin kamu goyah.
Mulai aja dulu. Nggak perlu langsung jago. Yang penting kamu
nggak terus lari dari hal-hal yang sebenarnya bisa bikin kamu naik level.
Nggak semua hal yang kamu benci itu harus dihindari. Kadang,
mereka cuma lagi nunggu kamu datang dan bilang, “Oke, gue siap belajar.”
Daripada terus menghindar, kenapa nggak coba kenalan?
Kenalan sama rasa takut. Sama rasa malu. Sama rasa minder.
Karena bisa jadi, mereka cuma lagi ngajak kamu ngobrol—buat jadi pribadi yang
lebih berani.
Jadi sekarang, coba pikirin satu hal yang kamu selalu
hindari. Terus tanya:
Kenapa aku benci ini?
Apa yang bisa aku pelajari dari sini?
Dan... apa yang akan berubah kalau aku coba jalanin?
Mungkin jawabannya bisa jadi langkah pertama kamu ke versi
terbaik dirimu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar