2025/05/16

Fase Hidup yang Gak Jelas Tapi Penting: Saat Kamu Gak Lagi Anak-Anak, Tapi Juga Belum Jadi Orang Dewasa

 

Anak muda duduk sendirian di taman menjelang senja, terlihat termenung di tengah keramaian kota.

"We are not what we were, but we are not yet what we will be." – Anonymous

Ada masa dalam hidup yang nggak bisa kamu definisikan dengan pasti. Rasanya kayak bukan titik awal, tapi juga belum finish. Kamu ngerasa harus terus jalan, tapi gak tahu pasti tujuannya. Dan di titik itu, kamu mulai mikir: “Sebenernya, aku ini lagi ngapain sih?”

Itu fase yang kadang orang bilang, “ya gitu deh, lagi masa transisi.” Tapi kalau kamu yang lagi ngalamin, rasanya lebih dari sekadar transisi. Rasanya kayak kamu harus pura-pura ngerti, padahal lagi gak ngerti apa-apa. Kayak harus terus kuat, padahal kamu capek banget.

Dan lebih nyeseknya lagi, kadang gak ada orang yang bener-bener ngerti. Karena dari luar, kamu kelihatan baik-baik aja. Tapi dalam hati, kamu ngerasa kayak lagi nyari cahaya di lorong yang lampunya redup. Fase ini memang gak kelihatan, tapi diam-diam membentuk kamu jadi siapa nantinya.


Identitas yang Masih Mencair

Seseorang memandangi cermin yang menunjukkan pantulan wajah berbeda, menggambarkan pencarian jati diri.


"The privilege of a lifetime is to become who you truly are." – Carl Jung

Waktu kecil, identitas kita dibentuk dari luar: nilai rapor, komentar guru, harapan orang tua. Kita jadi versi yang orang lain pengen. Tapi makin gede, kita mulai nanya: “Apa iya ini aku?”
Pertanyaan itu muncul bukan karena kita rebel. Tapi karena kita mulai sadar, kita punya suara sendiri.

Masalahnya, nyari siapa diri sendiri itu nggak gampang. Kadang kamu harus coba kerja di tempat yang salah dulu, biar tahu itu bukan tempat kamu. Kadang kamu harus jatuh cinta sama orang yang salah, biar tahu kamu butuh orang yang kayak gimana.
Pencarian ini gak instan. Tapi itu bukan berarti kamu tersesat.

Dan di fase ini, penting buat ngasih ruang ke diri sendiri buat salah, buat nyoba, buat belajar ulang. Karena identitas itu bukan sesuatu yang langsung kita tahu, tapi sesuatu yang kita bentuk lewat pengalaman dan kesadaran.
Kamu gak harus langsung nemuin siapa dirimu sekarang. Tapi kamu bisa mulai dengan jujur: "Aku pengen ngerti diriku lebih baik."


Dewasa Secara Umur, Tapi Belum Siap Dikasih Beban Hidup

Orang muda berdiri bingung di depan banyak rambu kehidupan seperti kerja, kuliah, dan mimpi.


"Growing up is losing some illusions in order to acquire others." – Virginia Woolf

KTP kamu udah bilang kamu dewasa. Tapi kenapa hidup tetap terasa asing? Kenapa kamu masih merasa butuh panduan hidup, padahal katanya sekarang kamu yang harus bisa mikirin semuanya sendiri?

Tiba-tiba kamu dihadapkan sama keputusan-keputusan besar: kerja atau lanjut kuliah, nikah atau fokus karier, ngejar mimpi atau cari aman. Dan di tengah semua itu, gak ada yang ngajarin kamu cara istirahat, cara bilang enggak, atau cara bilang “aku belum siap.”

Banyak dari kita tumbuh cepat karena keadaan. Tapi gak semua dari kita tumbuh utuh. Kadang kamu masih bergulat dengan luka masa kecil yang belum selesai, sambil dipaksa kelihatan kuat di dunia kerja atau pertemanan yang kompetitif.
Dan gak apa-apa kalau kamu masih belajar. Gak apa-apa kalau kamu belum bisa semuanya sekarang.

Jadi, bukan berarti kamu gagal karena masih bingung. Justru itu tanda kamu lagi belajar jadi dewasa. Dan proses itu gak akan pernah sempurna — tapi tetap berharga.


Perasaan Tertinggal, Tapi Gak Tahu Sama Siapa

Seseorang menatap layar ponsel dengan ekspresi kosong, dikelilingi pencapaian di media sosial.


"Comparison is the thief of joy." – Theodore Roosevelt

Kadang kamu ngerasa tertinggal, tapi bingung: sebenarnya dari siapa?
Teman-teman udah punya pencapaian masing-masing. Feed Instagram penuh dengan perayaan: kelulusan, tunangan, kerja baru, travelling ke luar negeri.
Sementara kamu? Masih ngeluh soal jam tidur yang berantakan dan saldo yang ngos-ngosan.

Tapi kenyataannya, kamu cuma lihat highlight orang lain. Kamu gak lihat bagian yang gagal, ragu, dan nangis di balik layar. Dan anehnya, meskipun kamu tahu itu, tetap aja rasa banding-bandingin itu muncul.

Fase ini sering bikin kamu ngerasa gak cukup. Ngerasa kamu harus ngebut, ngejar, membuktikan. Padahal kamu gak perlu menang dari siapa-siapa. Yang penting kamu terus bergerak.
Setiap langkah kecil kamu itu valid. Dan kadang, diam pun adalah bagian dari perjalanan.


Ingin Dimengerti, Tapi Gak Mau Diceramahi

Dua orang duduk bersama, satu menangis dan yang lain menemani dengan tenang tanpa banyak bicara.


"Sometimes, the best way to help someone is just to be there." – Unknown

Ada kalanya kamu cuma pengen cerita, bukan diceramahi. Tapi pas kamu buka suara, yang datang malah saran-saran klise: “ya udah dijalanin aja,” “ikhlasin,” “mungkin ini udah jalannya.”
Padahal kamu cuma pengen ada yang bilang: “iya, aku ngerti kamu capek.”

Di fase ini, kamu mulai ngerasa jauh dari beberapa orang yang dulu deket. Bukan karena kamu sombong. Tapi karena kamu capek pura-pura kuat.
Makanya kamu mulai nyari circle yang bisa jadi tempat istirahat, bukan tempat pamer pencapaian.

Dan dari situ, kamu sadar: hubungan itu bukan soal rame-ramean, tapi soal kenyamanan. Kadang, satu orang yang benar-benar dengerin lebih berarti dari seratus orang yang cuma datang pas kamu senang.


Momen Sunyi yang Diam-Diam Membentuk Kita

Seseorang menulis jurnal di malam hari dengan cahaya bulan masuk ke kamar, dikelilingi suasana tenang.


"In the midst of chaos, there is also opportunity." – Sun Tzu

Fase yang gak jelas ini sering datang bareng kesepian. Kamu merasa sepi, meskipun lagi bareng banyak orang. Kamu bisa ketawa di tongkrongan, tapi kosong pas pulang ke kamar.
Dan dari kesepian itu, lahir pertanyaan-pertanyaan penting:
“Aku sebenernya pengen hidup kayak gimana?”
“Kalau semua orang pergi, aku masih bisa berdiri gak?”

Momen-momen sunyi ini emang berat. Tapi justru di situlah kamu belajar. Bukan cuma soal survive, tapi juga soal mengenali dirimu yang paling dalam.
Gak ada spotlight di sini. Tapi justru di fase gelap ini, kamu belajar nyalain cahaya sendiri.

Gak ada rumus pasti buat fase ini. Tapi satu hal yang pasti: kamu gak sendiri. Banyak orang juga lagi berjuang, bahkan mereka yang kamu kira udah “beres” hidupnya.
Dan itu artinya, kamu gak harus buru-buru sembuh. Gak harus buru-buru berhasil. Yang penting, kamu tetap jalan.


Mungkin sekarang kamu belum tahu kamu siapa, atau kamu belum tahu kamu mau jadi apa.
Tapi kamu lagi di fase penting — fase yang ngajarin kamu buat ngerti, nerima, dan bertumbuh.
Jangan anggap ini masa “nggak jelas.” Karena justru di sinilah arah hidupmu mulai kelihatan, pelan-pelan.

Tenang. Kamu nggak sendirian. Dan kamu akan sampai ke tujuanmu, dengan cara dan waktu kamu sendiri. 🌿

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hidupmu Penuh Tapi Gak Kerasa? Waspada Digital Clutter!

Pernah nggak kamu ngerasa otak penuh padahal nggak ada hal besar yang sedang terjadi? Anehnya, bukan karena masalah besar atau tugas kampus ...