2025/09/11

Stop Multitasking Sekarang Juga! Cara Single-Tasking yang Bikin Kerja 10x Lebih Cepat

Ilustrasi perbandingan multitasking yang bikin stres dengan single-tasking yang membuat kerja lebih fokus dan tenang.

 Kalau ditanya kenapa kerjaan sering berasa nggak kelar-kelar, mungkin jawabannya ada di satu kebiasaan yang sering kita anggap keren: multitasking. Kita pikir dengan melakukan banyak hal sekaligus, hasilnya bisa lebih cepat. Padahal, faktanya justru sebaliknya—otak kita bukan mesin canggih yang bisa jalan di beberapa jalur sekaligus tanpa kehilangan fokus.

Dalam dunia kerja maupun kuliah, multitasking itu ibarat jebakan manis. Sekilas terlihat produktif, tapi diam-diam menguras energi, bikin stres, dan malah bikin performa kita turun drastis. Itulah kenapa sekarang banyak riset, pakar, bahkan praktisi kerja yang menyarankan satu hal sederhana: stop multitasking, mulai single-tasking.


Multitasking Itu Ilusi Produktivitas

Bayangkan kamu lagi ngerjain laporan, tiba-tiba buka chat WhatsApp, terus keinget ada email yang harus dibalas, lalu iseng buka Instagram sebentar. Kedengarannya sepele, tapi sebenarnya kamu baru saja melatih otakmu untuk lompat-lompat. Dan setiap kali otak berganti tugas, ada biaya waktu dan energi yang kebuang, dikenal dengan istilah switching cost.

Penelitian dari American Psychological Association bilang kalau setiap kali kita berpindah tugas, produktivitas bisa turun sampai 40%. Jadi, multitasking bukan bikin kita makin cepat, malah bikin kerjaan terasa lebih berat dan panjang.

Seperti yang pernah dikatakan Mozart, “The shorter way to do many things is to only do one thing at a time.” Intinya, semakin kita coba mengerjakan banyak hal sekaligus, semakin lama semua itu selesai.


Kenapa Single-Tasking Lebih Efektif

Single-tasking itu simpel: fokus ke satu hal sampai selesai. Kedengarannya mudah, tapi dalam praktik, butuh disiplin. Keuntungannya? Banyak banget.

Pertama, otak jadi punya ruang buat benar-benar mendalami pekerjaan. Hasilnya bukan cuma cepat, tapi juga lebih rapi, minim kesalahan. Kedua, energi mental kita jadi lebih hemat. Bayangin aja, daripada nge-charge HP tapi sambil dipakai main game, tentu lebih optimal kalau dipakai satu fungsi dulu, kan? Begitu juga dengan otak.

Yang ketiga, single-tasking bikin kita lebih tenang. Nggak ada lagi rasa panik karena ngerasa semua harus selesai sekaligus. Jim Elliot pernah bilang, “Wherever you are, be all there.” Dengan hadir sepenuhnya di satu hal, kita nggak cuma lebih produktif, tapi juga lebih menikmati proses.


Cara Praktis Latihan Single-Tasking

Oke, teorinya menarik. Tapi gimana cara praktiknya? Jangan khawatir, single-tasking itu bisa dilatih dengan beberapa langkah sederhana.

  1. Pilih prioritas utama setiap hari.
    Mulai hari dengan menentukan satu atau dua tugas yang paling penting. Tulis di kertas atau catatan HP. Fokus selesaikan dulu, baru pindah ke hal lain.

  2. Gunakan teknik blok waktu (time blocking).
    Atur jam khusus buat satu pekerjaan. Misalnya: jam 9–11 hanya untuk nulis laporan, jam 1–2 hanya untuk balas email. Cara ini membantu otak punya ritme yang lebih teratur.

  3. Matikan gangguan kecil.
    Notifikasi HP dan laptop itu ibarat godaan kecil yang bisa bikin buyar fokus. Kalau bisa, matikan sementara, atau pakai mode fokus.

  4. Mulai dengan tugas kecil dulu.
    Kalau ngerasa susah fokus, coba mulai dari hal yang ringan. Dengan begitu, otak dapat momentum untuk terus fokus lebih lama.

  5. Berlatih mindfulness.
    Saat mengerjakan sesuatu, sadari apa yang kamu lakukan. Kalau tiba-tiba terdistraksi, tarik napas, kembalikan fokus ke tugas awal.

Bruce Lee pernah bilang, “Focus is more important than intelligence.” Jadi bukan soal seberapa pintar kita, tapi seberapa konsisten kita menjaga fokus.


Cerita Nyata: Multitasking vs Single-Tasking

Aku pernah ngalamin sendiri waktu kuliah dulu. Saking pengennya semua cepat selesai, aku ngerjain tugas sambil buka YouTube, sambil balas chat grup, dan sesekali buka Twitter. Hasilnya? Jam 2 pagi tugas masih setengah jalan, padahal waktunya udah kebuang banyak.

Sebaliknya, ketika aku mulai coba single-tasking—misalnya fokus nulis esai tanpa buka apapun selama 1 jam—hasilnya lebih cepat selesai. Rasanya seperti ada energi ekstra yang nggak pernah aku sadari sebelumnya.

Banyak orang yang aku kenal juga ngalamin hal sama. Bahkan, beberapa teman kerja bilang kalau mereka bisa menyelesaikan laporan 3 kali lebih cepat hanya dengan mematikan notifikasi dan fokus penuh di satu layar. Seperti kata pepatah lama, “Energy flows where attention goes.” Fokus menentukan hasil.


Tantangan Saat Berhenti Multitasking

Tentu aja, berhenti multitasking itu nggak gampang. Kita sudah terbiasa lompat-lompat sejak lama. Tantangan yang paling sering muncul adalah:

  • Rasa bosan. Otak kita suka distraksi karena bosan dengan satu hal.

  • Rasa ketinggalan. Takut kalau nggak langsung balas chat atau email, kita dianggap nggak responsif.

  • Kebiasaan lama. Multitasking udah jadi default mode, jadi perlu waktu buat mengubah pola pikir.

Abraham Lincoln pernah bilang, “Discipline is choosing between what you want now and what you want most.” Nah, berhenti multitasking itu soal disiplin—milih fokus ke hal penting, daripada ikut arus distraksi.


Hidup Lebih Tenang, Hasil Lebih Maksimal

Berhenti multitasking bukan cuma soal kerjaan, tapi juga soal hidup. Dengan single-tasking, kita belajar menikmati momen. Makan tanpa scrolling HP, ngobrol tanpa cek notifikasi, jalan tanpa harus update story.

Hasilnya? Hidup jadi lebih tenang, relasi lebih dalam, dan kita benar-benar hadir di setiap momen. Bukan cuma kerja 10x lebih cepat, tapi juga hidup 10x lebih bermakna.

Pada akhirnya, produktivitas itu bukan tentang berapa banyak hal yang kita kerjakan sekaligus, tapi seberapa fokus kita menyelesaikan hal yang benar-benar penting.

👉 Jadi, gimana kalau mulai sekarang kamu coba latihan kecil: pilih satu hal penting hari ini, kerjakan tanpa distraksi, dan rasakan sendiri bedanya. Siap berhenti multitasking, dan mulai hidup lebih fokus?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Stop Multitasking Sekarang Juga! Cara Single-Tasking yang Bikin Kerja 10x Lebih Cepat

 Kalau ditanya kenapa kerjaan sering berasa nggak kelar-kelar, mungkin jawabannya ada di satu kebiasaan yang sering kita anggap keren: multi...