2025/03/24

Self-Care Itu Bukan Cuma Skincare: Ini Cara Merawat Diri yang Sesungguhnya

 

ilustrasi suasana yang tenang dan ditemani oleh secangkir kopi



"Self-care bukan tentang egois, tapi tentang memastikan diri sendiri baik-baik saja dulu."

Pernah nggak sih, kita merasa lelah banget, padahal nggak ngapa-ngapain? Atau merasa ada yang kosong, meskipun dari luar hidup kelihatan baik-baik saja? Bisa jadi, kita cuma fokus merawat diri dari luar, tapi lupa yang di dalam juga butuh perhatian.

Skincare? Oke, penting. Tapi self-care lebih dari sekadar perawatan fisik. Ini tentang gimana kita menjaga diri secara menyeluruh—mental, emosional, sampai finansial. Yuk, bahas satu per satu.

1. Menjaga Batasan, Bukan Cuma Jaga Kulit

Mengurangi penggunaan media sosial untuk menjaga kesehatan mental dan fokus pada diri sendiri


Punya skincare routine? Bagus. Tapi gimana dengan boundaries dalam hidup? Kita sering kebanyakan bilang "iya" sampai lupa kalau energi kita juga ada batasnya. Capek? Tapi tetap menerima kerjaan tambahan. Overwhelmed? Tapi tetap memaksakan diri untuk selalu ada buat orang lain.

Self-care sejati adalah belajar mengenali batasan diri dan berani berkata "tidak" tanpa merasa bersalah. Ini bukan berarti jadi orang yang egois, tapi justru menjaga diri supaya tetap bisa berfungsi dengan baik. Karena kalau kita terus mengorbankan diri sendiri demi menyenangkan orang lain, lama-lama kita bakal kelelahan dan kehilangan arah.

2. Makan yang Benar, Bukan Cuma yang Enak



Gimana pola makanmu akhir-akhir ini? Kalau tiap hari fast food dan kopi doang, mungkin saatnya introspeksi. Self-care itu juga tentang bagaimana kita memperlakukan tubuh kita sendiri.

Kita sering berpikir bahwa makan itu sekadar mengisi perut, padahal makanan juga memengaruhi energi, mood, dan kesehatan kita dalam jangka panjang. Junk food memang enak dan praktis, tapi kalau dikonsumsi terus-terusan, bisa bikin tubuh cepat lelah, kulit kusam, dan bikin kita gampang stres.

Mulai sekarang, coba lebih sadar dengan apa yang masuk ke tubuh. Bukan berarti harus diet ketat, tapi setidaknya pastikan ada nutrisi yang cukup buat tubuh tetap berfungsi optimal.

3. Tidur Cukup, Bukan Cuma Maskeran Malam



Serum mahal nggak akan bisa menutupi efek dari begadang tiap malam. Kurang tidur itu bukan cuma soal lingkar hitam di mata—tapi juga soal kesehatan mental, energi, dan fokus kita sehari-hari.

Banyak orang berpikir bahwa tidur itu bisa "diganti" nanti, padahal tubuh kita nggak bekerja seperti itu. Kurang tidur dalam jangka panjang bisa menurunkan daya tahan tubuh, membuat kita lebih gampang emosi, dan bahkan memengaruhi produktivitas secara keseluruhan.

Jadi, kapan terakhir kali kamu tidur cukup tanpa gangguan notifikasi HP? Coba evaluasi lagi pola tidurmu. Bisa jadi, yang bikin kamu gampang lelah bukan karena hidup yang berat, tapi karena kurang istirahat.

4. Kelola Emosi, Bukan Cuma Kelola Keuangan



Kita sibuk mengatur keuangan, bikin budgeting, investasi ini-itu. Tapi, kapan terakhir kali kita benar-benar duduk diam dan memahami emosi sendiri?

Banyak dari kita terbiasa menahan perasaan, berpikir bahwa kalau kita tetap sibuk, semua akan baik-baik saja. Padahal, emosi yang dipendam terlalu lama bisa berdampak pada kesehatan mental dan fisik. Merawat diri juga berarti jujur dengan perasaan sendiri, mengakui kalau kita lelah, sedih, atau kecewa, dan mencari cara sehat untuk mengekspresikannya.

Curhat ke teman, journaling, meditasi, atau sekadar meluangkan waktu untuk diri sendiri bisa jadi cara self-care yang efektif. Yang penting, jangan biarkan emosimu menumpuk sampai akhirnya meledak.

5. Mengembangkan Diri, Bukan Cuma Mengembangkan Koleksi Skincare



Kita sering rela keluar duit ratusan ribu buat produk perawatan kulit, tapi kalau disuruh beli buku atau ikut kursus, langsung mikir dua kali. Padahal, self-care juga tentang upgrade diri—bukan cuma di luar, tapi juga di dalam.

Investasi terbaik yang bisa kita lakukan adalah investasi ke diri sendiri. Entah itu lewat belajar keterampilan baru, membaca buku, mengikuti seminar, atau sekadar mengeksplorasi hal-hal yang bisa memperluas wawasan kita. Merawat diri berarti memastikan bahwa kita terus berkembang dan nggak hanya berjalan di tempat.

Jangan sampai kita sibuk mempercantik wajah, tapi lupa memperkaya isi kepala.

6. Beristirahat Tanpa Rasa Bersalah



Ada kalanya, self-care berarti berhenti sebentar. Rebahan seharian? Nggak apa-apa. Nonton film kesukaan buat ke-100 kalinya? Boleh banget.

Di era hustle culture seperti sekarang, kita sering merasa harus selalu produktif. Kalau nggak kerja, kalau nggak belajar sesuatu, rasanya ada yang salah. Padahal, istirahat juga bagian dari proses. Kalau tubuh dan pikiran sudah kasih sinyal capek, jangan paksakan.

Istirahat bukan tanda kelemahan, tapi justru bentuk self-care yang paling dasar. Karena kita bukan robot, kita butuh recharge. Jadi, jangan merasa bersalah kalau sesekali ingin mengambil jeda dari hiruk-pikuk kehidupan.

Self-Care Itu Bukan Tren, Tapi Kebutuhan

Self-care bukan sesuatu yang cuma dilakukan pas lagi mood atau pas sempat. Ini harus jadi bagian dari hidup. Bukan sekadar skincare routine atau ritual mewah, tapi keputusan-keputusan kecil setiap hari yang bikin kita merasa lebih baik.

Jadi, sekarang pertanyaannya: self-care versimu seperti apa? 😊

2025/03/22

Sering Lelah Tapi Gak Tahu Kenapa? Mungkin Bukan Cuma Butuh Me-Time

Buku dengan gambar persimpangan jalan, simbol dari pilihan dan kebingungan hidup

"Kadang, istirahat terbaik bukan sekadar berhenti, tapi menemukan kembali apa yang bikin kita hidup." — Alain de Botton

Pernah nggak sih, ngerasa capek terus? Bangun tidur masih lelah, padahal udah tidur cukup. Ngerasa kosong, tapi nggak tau kenapa. Terus mikir, "Ah, gue butuh me time." Akhirnya rebahan sambil scroll media sosial, nonton film, atau jajan makanan enak. Tapi setelah itu, kok tetap aja ngerasa nggak fresh?

Bisa jadi, yang kita butuhin bukan sekadar me time, tapi sesuatu yang lebih dari itu. Yuk, kita bahas!


1. "Me Time Itu Penting, Tapi Bukan Solusi Segalanya"



"Self-care bukan cuma tentang memanjakan diri, tapi juga tentang memahami apa yang benar-benar kita butuhkan." — Brianna Wiest

Me time memang penting. Tapi kalau cuma dijadiin pelarian sementara, ya capeknya bakal balik lagi. Kadang kita kira kita butuh istirahat, padahal yang kita butuhin adalah perubahan. Bukan sekadar memanjakan diri, tapi cari tahu apa yang bikin kita benar-benar recharge.

Coba tanyain ke diri sendiri: setelah me time, apa rasanya lebih baik atau justru tetap sama? Kalau jawabannya tetap sama, mungkin yang kita butuhin bukan sekadar waktu sendiri, tapi sesuatu yang lebih dalam.


2. "Kelelahan Bukan Cuma Fisik, Tapi Juga Emosional"



"Terkadang kita bukan hanya butuh istirahat, tapi juga butuh sesuatu yang membuat kita merasa hidup." — Morgan Harper Nichols

Kita sering fokus sama kelelahan fisik: kurang tidur, terlalu sibuk, kebanyakan kerja. Tapi pernah kepikiran nggak kalau capek yang kita rasain itu lebih kelelahan emosional?

Rutinitas yang monoton, ekspektasi yang terlalu tinggi, atau bahkan kurangnya makna dalam aktivitas sehari-hari bisa bikin kita drained. Makanya, me time yang sifatnya cuma hiburan sesaat sering kali nggak cukup. Kita butuh sesuatu yang bikin hati kita penuh lagi.


3. "Butuh Bukan Hanya Istirahat, Tapi Juga Koneksi"



"Kita bukan hanya butuh waktu sendiri, tapi juga hubungan yang bermakna." — Johann Hari

Sering kali kita mengira bahwa lelah bisa hilang dengan menghabiskan waktu sendirian. Padahal, ada tipe kelelahan yang justru sembuh dengan berbagi. Pernah nggak merasa capek banget, tapi setelah ngobrol sama orang yang nyambung, tiba-tiba jadi lebih ringan?

Koneksi sosial yang bermakna itu penting. Bukan berarti harus selalu rame-rame, tapi punya seseorang yang bisa diajak bicara tanpa takut dihakimi itu bisa jadi salah satu cara healing terbaik.


4. "Bosan Itu Juga Bisa Bikin Capek"



"Kelelahan bukan cuma soal kerja keras, tapi juga soal kurangnya sesuatu yang membuat kita antusias." — Adam Grant

Kadang kita merasa lelah bukan karena terlalu banyak hal yang harus dikerjakan, tapi justru karena kurang tantangan baru. Hidup terasa datar, nggak ada hal yang bikin excited. Akhirnya, kita jadi gampang capek meskipun sebenarnya nggak ngapa-ngapain.

Mungkin yang kita butuhin bukan cuma me time, tapi sesuatu yang bikin hidup lebih seru. Coba pikirin: kapan terakhir kali kamu ngelakuin sesuatu yang bikin jantungmu berdebar karena excited, bukan karena stres? Kalau udah lama banget, mungkin itu tandanya kamu butuh sesuatu yang fresh dalam hidupmu.


5. "Jangan Cuma Recharge, Tapi Juga Reset"


"Bukan hanya tentang mengisi ulang energi, tapi juga mengubah cara kita menggunakannya." — James Clear

Kalau HP kita sering kehabisan baterai, mungkin bukan cuma butuh ngecas, tapi juga perlu ngecek aplikasi apa yang bikin baterai cepat habis. Sama kayak hidup. Kalau kita sering merasa drained, mungkin bukan cuma butuh recharge, tapi juga perlu reset.

Apa yang sebenarnya bikin kita capek? Pola hidup? Ekspektasi? Lingkungan? Kalau nggak diubah, ya bakal tetap sama. Jadi, jangan cuma fokus istirahat, tapi juga cari tahu apa yang perlu diubah biar kita nggak gampang habis energinya.


Akhirnya, Kita Butuh Lebih dari Sekadar Me Time
Me time itu bagus, tapi kalau habis itu masih ngerasa kosong, berarti ada yang perlu kita perhatiin lebih dalam. Mungkin kita nggak cuma butuh istirahat, tapi juga tantangan baru, koneksi yang lebih bermakna, atau bahkan reset cara kita ngejalanin hidup.

Jadi, daripada sekadar cari pelarian sementara, kenapa nggak coba cari tahu apa yang benar-benar bisa bikin kita merasa hidup lagi? 😊

2025/03/21

Bosan? Ngerasa Stuck? Mungkin Ini 5 Alasan Kenapa Hidupmu Terasa Hambar

 

Ilustrasi seseorang bingung memilih arah di persimpangan hidup

"Bertahan hidup itu penting. Tapi menikmati hidup juga nggak kalah penting." — Haruki Murakami

Pernah nggak sih, tiba-tiba kepikiran: hidup kok gini-gini aja? Bangun pagi, berangkat kuliah atau kerja, pulang, istirahat, terus ulang lagi besok. Hari-hari berjalan tanpa sesuatu yang bikin semangat. Nggak ada yang salah sih, tapi juga nggak ada yang terasa benar-benar menarik. Rasanya kayak autopilot.

Kenapa kita sering merasa stuck? Apakah ini tanda kita butuh perubahan? Atau justru kita yang kurang peka sama perubahan kecil yang sebenarnya terjadi?


1. "Rutinitas Itu Baik, Tapi Bisa Jadi Perangkap"



"If you do what you’ve always done, you’ll get what you’ve always gotten." — Tony Robbins

Rutinitas bikin hidup lebih teratur. Kita nggak perlu mikir keras buat setiap keputusan kecil, karena semua udah ada polanya. Tapi kalau keterusan? Bisa jadi perangkap. Kita jadi jalan di tempat, ngerasa hidup datar-datar aja. Yang lebih bahaya lagi, kita jadi nggak sadar kalau waktu terus jalan, sementara kita masih di posisi yang sama.

Apakah kita benar-benar stuck, atau kita cuma belum sadar bahwa kita butuh tantangan baru?

Coba pikirin, kapan terakhir kali kamu ngerasain excitement? Bukan cuma sekadar senang, tapi beneran merasa hidup. Kalau jawabannya udah lama banget, mungkin ini saatnya buat sedikit ‘mengutak-atik’ rutinitas.


2. "Bosan Itu Tanda?"



"Bosan adalah cara otak bilang, ‘Hei, ayo cari sesuatu yang baru!’"

Bosan itu sinyal. Bisa jadi tanda kalau kita butuh sesuatu yang berbeda, sesuatu yang bikin kita lebih hidup. Tapi masalahnya, kadang kita terlalu nyaman dalam kebosanan itu. Kita takut keluar dari zona yang familiar. Akhirnya? Kita milih buat diam di tempat, berharap sesuatu berubah dengan sendirinya. Padahal, perubahan itu harus kita yang mulai.

Seringnya, kita mengira bahwa sesuatu yang baru harus besar: pindah kerja, pindah kota, atau ganti jalan hidup. Padahal, perubahan kecil juga bisa bikin perbedaan. Coba mulai dari hal-hal sederhana, kayak ganti rute perjalanan, eksplor hobi baru, atau sekadar ngobrol sama orang yang biasanya kita cuekin.


3. "Hidup Bergerak, Tapi Kita Sering Nggak Ngeh"



"Hidup itu kayak naik eskalator yang jalan mundur. Kalau diem aja, ya bakal tertinggal."

Pernah nggak sih, coba refleksi ke diri sendiri setahun yang lalu? Mungkin waktu itu kita punya impian kecil yang sekarang udah tercapai tanpa kita sadari. Atau dulu kita ngerasa nggak bisa apa-apa, tapi sekarang ternyata udah lebih paham banyak hal.

Masalahnya, kita sering terlalu fokus sama hal-hal besar yang belum kita capai, sampai lupa bahwa perubahan kecil pun tetap berarti.

Nggak percaya? Coba tulis lima hal yang setahun lalu masih terasa sulit buat kamu, tapi sekarang udah jadi biasa. Mungkin itu cara terbaik buat sadar bahwa kita terus bergerak, meskipun rasanya kayak di tempat yang sama.


4. "Terlalu Banyak Pikir, Kurang Aksi"



"Jangan terlalu lama mikir, nanti malah nggak jalan-jalan."

Sering nggak sih, kita kepikiran buat coba hal baru, tapi akhirnya malah nggak jadi-jadi karena terlalu banyak pertimbangan? Takut gagal, takut nggak bisa, takut nggak cocok. Akhirnya, kita malah nggak ngapa-ngapain.

Padahal, cara terbaik buat tahu sesuatu cocok atau nggak ya dengan nyoba langsung. Nggak semua langkah harus besar, yang penting mulai dulu. Bahkan hal kecil kayak ganti rutinitas harian bisa bikin hidup terasa lebih segar.

Coba pikirin, seberapa sering kita bilang "nanti aja" atau "tunggu waktu yang tepat"? Kenyataannya, nggak ada waktu yang benar-benar sempurna. Kita nggak harus punya semua jawaban dulu sebelum mulai sesuatu. Kadang, jawaban itu justru muncul setelah kita mengambil langkah pertama. Jadi, daripada terus berpikir tanpa ujung, kenapa nggak mulai aja sekarang?


5. "Kurang Tantangan, Hidup Jadi Hambar"



"Tantangan bikin hidup lebih berwarna. Kalau datar terus, ya membosankan."

Coba pikirin, kapan terakhir kali kamu ngerasa deg-degan karena mau mencoba sesuatu yang baru? Kalau udah lama banget, bisa jadi ini tanda kalau hidupmu kurang tantangan.

Nggak harus tantangan besar kayak naik gunung atau pindah ke luar negeri. Bisa mulai dari tantangan kecil, kayak belajar skill baru, ikut komunitas yang berbeda, atau sekadar bikin target kecil buat diri sendiri.

Tantangan itu bukan soal pencapaian besar, tapi lebih ke bagaimana kita terus bertumbuh. Misalnya, kalau kamu selalu ragu buat ngomong di depan umum, coba tantang diri buat ngomong di forum kecil dulu. Kalau kamu merasa stuck di pekerjaan, mungkin tantangannya adalah mencoba belajar sesuatu di luar job desk biasa. Tantangan itu bisa sesederhana berani bilang "iya" ke peluang yang biasanya kamu hindari. Karena sering kali, perkembangan terbesar terjadi saat kita berani keluar dari zona nyaman.


Jadi, Harus Gimana?
Nggak ada jawaban instan. Tapi kalau hidup terasa gini-gini aja, mungkin itu kode buat mulai sesuatu yang beda. Coba ambil tantangan baru, keluar dari kebiasaan yang terlalu nyaman, atau setidaknya, sadar bahwa kita sebenarnya sudah berubah—hanya saja nggak selalu dalam hal yang kita ekspektasikan.

Karena hidup, meskipun kelihatannya gini-gini aja, tetap bergerak. Tinggal kita yang memilih, mau diam atau ikut melangkah.


2025/03/18

Susah Tidur? Coba 7 Trik Ini Biar Nggak Begadang Terus!

Ilustrasi susah tidur dan terjaga di malam hari

 "Tidur merupakan kebutuhan fisiologis dasar manusia yang dapat memberikan dampak bagi kesehatan fisik, mental serta koping individu."Jurnal Kesehatan Holistic Poltekkes Tanjung Karang

 Pernah nggak sih udah tiduran di kasur, lampu dimatiin, HP dijauhkan, tapi mata masih melek aja? Atau malah makin gelisah karena kepikiran banyak hal? Kalau iya, kamu nggak sendirian.

Kenapa Susah Tidur Itu Masalah?

Bangun pagi dengan mata panda, badan lemes, dan mood berantakan. Akhirnya, siang jadi ngantuk, malam malah melek lagi. Siklus ini berulang terus dan bikin kita nggak produktif.

Masalahnya, kurang tidur nggak cuma bikin capek, tapi juga bisa ngaruh ke fokus, emosi, bahkan kesehatan jangka panjang. Risiko penyakit seperti tekanan darah tinggi, obesitas, dan gangguan kecemasan juga meningkat jika kebiasaan begadang dibiarkan terus-menerus. Makanya, kita butuh solusi yang beneran works.

1. Stop Overthinking Sebelum Tidur

sesorang yang sedang berpikir keras sebelum tidur


"Jangan biarkan pikiranmu jadi alarm yang terus berbunyi di malam hari." — Anonim

Pernah ngalamin nggak, niatnya mau tidur, eh malah kepikiran hal-hal random? Mulai dari tugas yang belum selesai, chat yang belum dibalas, sampai tiba-tiba inget kejadian memalukan 5 tahun lalu.

Ini namanya racing thoughts, kondisi di mana otak terus berputar tanpa bisa berhenti. Untuk mengatasinya, coba lakukan brain dump, yaitu menulis semua pikiran yang muncul sebelum tidur. Bisa di kertas atau di notes HP. Dengan menuliskan semua yang ada di kepala, otak merasa lebih lega dan siap untuk istirahat.

Selain itu, meditasi ringan atau latihan mindfulness juga bisa membantu. Fokus pada napas dan coba perlahan melepaskan pikiran yang mengganggu. Kalau masih sulit, coba dengarkan white noise atau suara alam untuk menenangkan otak.

2. Kurangi Cahaya Biru dari Layar Gadget

sesorang sedang main hp di tempat yang gelap


"Cahaya layar bisa lebih bikin melek daripada secangkir kopi." — Anonim

Main HP sebelum tidur itu jebakan banget. Mungkin niatnya cuma cek notifikasi sebentar, tapi ujung-ujungnya malah scroll sampai subuh.

Cahaya biru dari layar gadget bisa menghambat produksi melatonin, hormon yang berperan dalam mengatur siklus tidur. Akibatnya, otak jadi berpikir kalau masih siang dan kita malah makin segar.

Kalau memang harus pakai gadget sebelum tidur, coba aktifkan night mode atau blue light filter. Atau lebih baik lagi, ganti kebiasaan scrolling dengan aktivitas lain seperti membaca buku fisik atau menulis jurnal.

3. Bikin Rutinitas Sebelum Tidur

ilustrasi orang yang sedang membaca buku di kamar dan minum segelas teh hangat


"Tubuh kita suka kebiasaan. Kalau selalu tidur di jam yang sama, lama-lama jadi kebiasaan." — Anonim

Pernah nggak, bangun tidur di jam yang sama terus tanpa alarm? Itu karena tubuh kita bisa membentuk kebiasaan.

Rutinitas sebelum tidur itu penting karena membantu otak mengenali kapan waktunya istirahat. Misalnya, setiap malam kamu selalu minum teh hangat, baca buku, lalu mematikan lampu di jam yang sama, lama-lama tubuh bakal otomatis mengantuk di jam tersebut.

Coba eksperimen dengan aktivitas yang bikin rileks sebelum tidur, seperti stretching ringan, menulis jurnal, atau mendengarkan musik pelan. Yang penting, hindari hal-hal yang bisa memicu stres atau merangsang otak terlalu aktif.

4. Atur Suhu Kamar dan Pencahayaan

suasana kamar tidur yang sangat tenang dan syahdu


"Tidur nyenyak dimulai dari lingkungan yang nyaman." — Anonim

Kamar yang terlalu panas atau terlalu terang bisa bikin tidur nggak nyenyak. Idealnya, suhu kamar sekitar 18-22 derajat Celsius dan pencahayaan redup atau gelap total.

Kenapa suhu penting? Karena tubuh kita alami penurunan suhu saat tidur. Kalau kamar terlalu panas, tubuh harus bekerja lebih keras untuk mendinginkan diri, dan ini bisa mengganggu tidur.

Kalau kamu tinggal di tempat yang panas, coba pakai kipas angin atau AC dengan suhu yang nyaman. Untuk pencahayaan, gunakan lampu tidur dengan warna kuning hangat atau pakai tirai gelap supaya cahaya luar nggak masuk.

5. Hindari Kafein dan Makan Berat Sebelum Tidur

sesorang yang sedang minum kopi di atas tempat tidur


"Kafein bisa bertahan di tubuh sampai 6 jam setelah dikonsumsi."Ditjen Kekayaan Negara, Kementerian Keuangan RI

Teh, kopi, dan minuman berenergi mengandung kafein yang bisa mengganggu produksi melatonin. Bahkan, kafein bisa tetap aktif dalam tubuh sampai 6 jam setelah dikonsumsi. Jadi, kalau kamu minum kopi sore atau malam, bisa jadi penyebab susah tidur.

Selain itu, makan terlalu banyak sebelum tidur juga bisa bikin perut nggak nyaman. Sebaiknya, makan terakhir dilakukan 2-3 jam sebelum tidur, dan pilih makanan ringan yang mudah dicerna seperti pisang, yogurt, atau kacang almond.

6. Coba Teknik Pernapasan atau Meditasi

ilustrsai seseorang yang sedang meditasi di ruangan yang tenang


"Teknik pernapasan 4-7-8 dapat membantu mengurangi rasa cemas, stres, dan ketegangan." KlikDokter

Teknik pernapasan bisa membantu menenangkan sistem saraf dan mengurangi stres sebelum tidur. Salah satu metode yang bisa dicoba adalah 4-7-8 breathing method:

  • Tarik napas lewat hidung selama 4 detik
  • Tahan napas selama 7 detik
  • Buang napas perlahan lewat mulut selama 8 detik

Lakukan ini beberapa kali sebelum tidur untuk membantu tubuh rileks.

Selain itu, meditasi atau mendengarkan white noise juga bisa membantu mengurangi kecemasan yang bikin susah tidur.

7. Jangan Paksain Tidur, Bangun Sebentar Kalau Nggak Ngantuk

ilustrasi orang yang sedang melihat ke arah jendela di kamar pada malam hari


"Makin dipaksa, makin susah." — Anonim

Pernah nggak, semakin dipaksa tidur, malah makin susah? Ini karena otak jadi stres dan justru makin aktif.

Kalau udah 20-30 menit tiduran tapi masih nggak bisa tidur, jangan maksa. Bangun sebentar, lakukan aktivitas santai seperti membaca buku atau dengerin musik instrumental, lalu coba tidur lagi.

Memaksa tidur malah bisa bikin frustrasi dan tambah sulit tidur. Jadi, lebih baik kasih waktu buat otak buat rileks dulu.

Tidur Itu Investasi, Bukan Kemewahan

Sering begadang bisa jadi kebiasaan, tapi begitu juga dengan tidur cukup. Kalau kamu bisa tidur lebih cepat dan berkualitas, efeknya bakal terasa di aktivitas sehari-hari.

Jadi, mulai malam ini, yuk coba satu atau dua trik di atas dan lihat perbedaannya! 😉

 

2025/03/14

Takut Ketinggalan? 6 Cara Mengatasi FOMO agar Hidup Lebih Tenang

seseorang sedang duduk di atas gedung menikmati suasana malam di kota

"Kebahagiaan bukan tentang memiliki segalanya, tapi tentang merasa cukup dengan apa yang kita punya."
— Oprah Winfrey

Jujur aja, pernah nggak sih kamu merasa ketinggalan? Lihat teman-teman update story jalan-jalan, kariernya makin cemerlang, atau udah nikah dan punya keluarga kecil yang bahagia? Tiba-tiba muncul perasaan, aku ngapain aja sih selama ini? Kalau iya, tenang, kamu nggak sendirian. Ini yang namanya FOMO—Fear of Missing Out.

Masalahnya, kalau terus-terusan dibiarkan, FOMO ini bisa bikin kamu cemas, overthinking, dan ngerasa nggak cukup baik. Padahal, realitanya, yang kamu lihat di media sosial itu cuma potongan kecil dari kehidupan orang lain. Nah, daripada terus-terusan merasa kurang, coba deh lakukan 6 hal ini!

1. Media Sosial Itu Filtered Reality, Jangan Dibandingin Sama Dunia Nyata

orang yang sedang scrolling sosmed


"Perbandingan adalah pencuri kebahagiaan." — Theodore Roosevelt

Serius deh, kamu pikir orang bakal upload pas mereka gagal? Pas mereka nangis di pojokan karena stres? Nggak, kan? Yang kita lihat di media sosial itu versi terbaik dari hidup seseorang. Mereka memilih apa yang mau ditampilkan. Kamu nggak akan lihat perjalanan panjang di balik kesuksesan, cuma hasil akhirnya aja. Jadi, kalau kamu mulai merasa ketinggalan cuma gara-gara lihat feed orang lain yang 'sempurna', ingat ini: kamu nggak tahu cerita lengkapnya.

2. Ubah Fokus: Dari "Kenapa Aku Ketinggalan?" Jadi "Apa yang Benar-Benar Aku Mau?"

orang yang sedang menulis di kamar dan menoleh ke jendela


"Hidup bukan tentang menemukan diri sendiri. Hidup adalah tentang menciptakan diri sendiri." — George Bernard Shaw

Kadang kita merasa harus ngejar sesuatu bukan karena benar-benar menginginkannya, tapi karena melihat orang lain melakukannya. Media sosial sering bikin kita lupa sama tujuan kita sendiri karena kita sibuk melihat perjalanan orang lain. Coba tanya ke diri sendiri, apakah aku benar-benar mau ini, atau aku cuma takut ketinggalan? Daripada membandingkan diri dengan orang lain, lebih baik fokus pada langkah kecil yang bisa bikin kamu lebih dekat dengan versi terbaik dirimu sendiri.

3. Kurangi Paparan yang Bikin Kamu Insecure

orang yang sedang bermain hp di kamar


"Sebuah kapal tidak akan tenggelam karena air di sekitarnya, tapi karena air yang masuk ke dalamnya." — Anonim

Setiap kali buka media sosial dan lihat orang lain sukses, ada perasaan iri yang muncul? Itu wajar, tapi kalau perasaan itu malah bikin kamu merasa gagal, saatnya bertindak. Mungkin sudah waktunya kamu unfollow akun-akun yang bikin kamu nggak nyaman, batasi waktu scrolling, atau bahkan coba social media detox beberapa hari. Bukan berarti kamu nggak mendukung orang lain, tapi kamu juga harus menjaga kesehatan mentalmu sendiri. Ingat, kamu yang punya kendali atas apa yang kamu konsumsi, bukan algoritma media sosial.

4. Latih Diri Buat Lebih Bersyukur Supaya Nggak Terus-Terusan Ngerasa Kurang



"Bersyukur mengubah apa yang kita miliki menjadi cukup." — Melody Beattie

Bukan berarti kamu harus berhenti bermimpi atau ambisius, tapi kadang kita terlalu fokus mengejar sesuatu yang belum kita punya, sampai lupa menghargai apa yang sudah ada. Coba mulai kebiasaan sederhana: setiap hari, tulis tiga hal yang bisa kamu syukuri. Bisa sekecil apapun—makanan enak yang kamu makan hari ini, chat random dari teman lama, atau bahkan udara segar saat pagi hari. Dengan begitu, kamu bakal lebih mudah melihat sisi positif dari hidupmu sendiri dan nggak gampang terbawa perasaan iri.

5. Bangun Koneksi Nyata, Bukan Sekadar Interaksi di Dunia Maya

dua orang yang sedang mengobrol di cafe


"Hubungan sejati tidak diukur dari seberapa sering kita berkomunikasi, tapi seberapa dalam kita memahami satu sama lain." — John C. Maxwell

Punya banyak followers nggak berarti kamu punya banyak teman. Kadang kita sibuk banget dengan media sosial sampai lupa kalau hubungan yang paling berarti justru yang ada di dunia nyata. Jangan sampai kamu lebih peduli jumlah like daripada obrolan langsung sama orang-orang terdekatmu. Luangkan waktu untuk ngobrol langsung dengan teman atau keluarga. Nggak harus sesuatu yang besar, kadang sekadar ngobrol santai sambil ngopi bisa bikin kamu lebih merasa 'hadir' dalam hidupmu sendiri.

6. Setiap Orang Punya Jalannya Masing-Masing, Jangan Terburu-Buru Membandingkan Diri

seseorang yang sedang berjalan di sore hari

 

"Tidak ada waktu yang terlalu cepat atau terlalu lambat, setiap orang punya waktunya sendiri." — Mitch Albom

Ada yang sukses di usia 25, ada yang baru nemu passion di usia 40. Ada yang nikah muda, ada yang menikmati hidup sendiri lebih lama. Nggak ada yang lebih baik atau lebih buruk—semua orang punya timeline-nya masing-masing. Kadang kita lupa kalau hidup itu bukan lomba. Fokuslah pada perjalananmu sendiri. Yang penting, terus bergerak sesuai ritme yang bikin kamu nyaman, tanpa perlu membandingkan kecepatanmu dengan orang lain.


FOMO itu cuma ilusi yang bikin kita lupa menikmati hidup sendiri. Jadi mulai sekarang, yuk fokus ke perjalanan kita sendiri. Karena pada akhirnya, yang bikin bahagia bukan seberapa cepat kita sampai, tapi bagaimana kita menikmati prosesnya. Setuju? 😊

 


Generasi Overthinking: Ungkap Penyebab Aslinya dan Cara Lepas Total dari Pola Pikiran Buruk

  Kadang kita merasa hidup makin cepat, tapi kepala makin penuh. Badan capek, hati capek, dan pikiran nggak pernah berhenti bersuara. Kita d...